Kerajaan Bercorak Hindu Budha Di Indonesia


1.Kerajaan Kutai
a. Lokasi dan sumber sejarah
            Kutai (Kutai Martadipura) merupakan sakah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Berdiri sekitar abad ke-4, kerajaan ini berlokasi di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Pusat pemerintahannya diperkirakan di hulu Sungai Mahakam dengan wilayah kekuasaan meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur.
            Bukti arkeologis tentang keberadaan kerajaan ini adalah temuan prasasti yang ditulis di atas tujuh buah yupa (tugu batu) antara tahun 1879 dan 1940 di daerah hulu Sungai Mahakam. Prasasti-prasasti tersebut tidak memiliki angka tahun, namun gaya bahasa dan ciri tulisan dalam prasasti tersebut banyak digunakan di India sekitar abad ke-4 M.
b. Keberadaan masyarakat dalam kehidupan sosial budaya
            Disebutkan dalam ketujuh yupa tersebut nama Kudungga, yang menurut para sejarawan merupakan nama asli Indonesia. Disebut pula, Kudungga mempunyai putra bernama Asmawarman, yang disebut sebagai pendiri Dinasti. Asmawarman memiliki putra bernama Mulawarman. Dua nama terakhir jelas menggunakan bahasa Sanskerta, yang menunjukkan raja-raja Kutai adalah bangsa Indonesia asli yang memluk agama Hindu.
            Raja mulawarman melakukan upacara pengurbanan dan memberikan hadiah atau sedekah kepada para Brahmana sejumlah 1000 ekor sapi. Hal ini menunjukkan Kerajaan Kutai di bawah Mulawarman cukup kaya dan makmur.
            Letaknya yang tidak jauh dari pantai, Kutai kemungkinan besar merupakan tempat singgah kapal-kapal dagang India yang akan berlayar ke Cina dengan melalui Makasar dan Filiipina.

2. Kerajaan Tarumanegara
a. Lokasi dan Sumber sejarah
·         Kerajaan tarumanegara terletak di jawa barat. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah prasasti di daerah sekitar bogor (prarsasti ciaruteun, kebon kopi, jambu, pasir awi, dan prasasti muara cianten), prasasti tugu di cilincing (Jakarta utara), dan prasasti cidanghiang di desa lebak, banten selatan.
·         Kata taruma mungkin berasal dari kata tarum, yang berarti nila. Sampai sekarang, nama ini masih dapat kita jumpai sebagai nama sungai, yaitu sungai citarum. Raja yang memerintah bernama purnawarman. Sama dengan raja raja kutai, purnawarman adalah asli bangsa Indonesia yang menggunakan nama india dan memeluk hindu. Wilayah kekuasaanya, menurut Prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh jawa barat, yaitu membentang dari banten, Jakarta, Bogor, hingga Cirebon
b. Kondisi sosial-politik kerajaan
·         Gambaran sosial-politik kerajaan adalah melalui tulisan yang terdapat pada prasasti prasasti tersebut.
·         Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan atau penaklukan raja atas daerah tempat ditemukannya prasasti tersebut. Raja Purnawarman diibaratkan Dewa Wisnu ( Dewa pemelihara alam dan semesta), yang menunjukkan pada masa itu rakyat menganggap raja purnawarman sebagai pemelihara dan pelindung rakyat.
·         Tarumanegara telah menerapkan konsep dewa raja: yang memerintah disamakan dengan Dewa Wisnu.
·         Prasasti tugu merupakan prasasti terpanjang dan terpenting dari raja purnawarman.
·         Dari prasasti prasasti tersebut menjadi dua yaitu kerajaan sunda, yang merupakan kelanjutan dari kerajaan tarumanegara dibawah kekuasaanya menantunya bernama tarusbawa, dan kerajaan galuh di bawah Wretikandayun dapat kita ketahui pada masa itu di jawa barat telah terdapat sebuah kerjajaan yang besar dan cukup makmur, dan penduduknya hidup dari hasil pertanian
·         Kerajaan tarumanegara pecah menjadi dua, yaitu kerajaan sunda, yang merupakan kelanjutan dari kerajaan tarumanegara dibawah kekuasaan menantunya bernama tarusbawa, dan kerjaan galuh di bawah wretikandayun

3. Kerajaan Padjajaran
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi. 
Sumber Sejarah 
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru. 
Daftar raja Pajajaran 
• Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.

Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran 
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan.
Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan. 

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan 

Puncak Kehancuran 
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. 

Kondisi Kehidupan Ekonomi 
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan) 

Kondisi Kehidupan Sosial 
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll) 

Kehidupan Budaya 
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik. 

4. Kerajaan Melayu
a. Letak
Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina ditulis Ma-La-Yu merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruasoatau Pagaruyung.
Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. sebab pada alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.
b. Sumber Sejarah
1.      Menurut catatan I Tsing, negeri-negeri di Pulau Sumatra pada umumnya menganut agama Buddha aliran Hinayana, kecuali Mo-lo-yeu. Tidak disebutkan dengan jelas agama apa yang dianut oleh Kerajaan Malayu.

d. Politik
Penduduk Kerajaan Melayu sebagian besar memeluk agama Buddha.Seseorang pendeta Buddha bernama Dharmapala pernah didatangkan secara khusus dari india untuk mengajarkan agama ini.
Jadi, penaklukan Malayu oleh Sriwijaya terjadi pada tahun 682. Pendapat ini sesuai dengan catatan I Tsing bahwa, pada saat berangkat menuju India tahun 671, Ma-la-yu masih menjadi kerajaan merdeka, sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai oleh Shih-li-fo-shih.
Pelabuhan Malayu merupakan penguasa lalu lintas Selat Malaka saat itu. Dengan direbutnya Minanga, secara otomatis pelabuhanpun jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682 penguasa lalu lintas dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu Sriwijaya
Kekalahan Kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya sejak tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.
Naskah Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan Singhasari dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Kebo Anabrang.
Prasasti Padang Roco tahun 1286 menyebutkan tentang pengiriman arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan antara Singhasari dengan Dharmasraya.
Kerajaan Melayu mencapai puncak perkembangan pada masa pemerintahan Adityawarman,putra bangsawan Majapahit dari ibu seorang putri melayu bernama Dara Jingga(putri Dari Maharaja Melayu Mauli Marwadewa).Wilayahnya mencakup seluruh pantai timur Sumatra.

5. Kerajaan Sriwijaya
a. Lokasi dan sumber sejarah
·         Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari (maritim) bercorak Buddha yang pernah berdiri di pulau Sumatra dan memberikan banyak pengaruh di nusantara. Daerah kekuasaannya membentang dari kamboja, tahiland selatan, semenanjung Malaya, Sumatra, jawa, dan pesisir Kalimantan.
·         I Tsing, pendeta tiongkok melaporkan sriwijaya menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
·         Sumber dan bukti tertulis lainnya adalah prasasti prasasti seperti kota kapur, kedukan bukit, talang tuo, telaga batu, karang berahi, dan ligor
·         Prasasti tertua adalah kota kapur, yg ditemukan dipulau Bangka dan berangka tahun 686 m . Melalui prasasti ini, kata “Sriwijaya” pertama kali di kenal.



b.  Kondisi sosial-politik kerajaan
·         Melalui tulisanpada prasasti ligor (775m), disebutkan raja sriwijaya, dharmasetu mendirikan pelabuhan di semenanjung melayu di dekat lingor. Ia juga membangun sejumblah bangunan suci agama Buddha.
·         Letaknya strategis: di jalur perdagangan antara india dan cina. Hal ini menjadi salah satu factor sriwijaya berkembang menjadi kerajaan maritime yang penting di Sumatra, dan bahkan menjadi pengendali jalur perdagangan antara india dan tiongkok
·         Hasil  bumi yang diperdagangkan antara lain kemenyan, lada, dammar, penyu, dan barang barang lain selain emas, perak, dan gading gajah
·         Untuk menjaga dominasi perdagangannya, sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk melakukan Bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka kedalam mandala sriwijaya
·         Kerajaan sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di asia tenggara, seperti selat sunda, selat malaka, selat karimata, dan tanah genting kra (Thailand). Ini rakyatnya hidup dengan aman dan makmur
·         Kerajaan ini mencapai zaman keemasan di bawah raja Balaputradewa. Raja ini menjalin hubungan antara kerjaan di india dan kerajaan di tiongkok
·       Kemajuan kerajaan sriwijaya didukung oleh beberapa factor, yaitu
-          Letaknya strategis : berada di jalur perdagangan antara india dan cina
-          Menguasai jalur perdagangan : selat malaka, selat sunda, semenanjung melayu, dan tanah genting kra
-          Hasil buminya seperti emas, perak, dan rempah rempah menjadi komoditi perdagangan yang berharga.
-          Armada lautnya kuat, karna menjalin kerjasama dengan armada laut kerajaan kerajaan di india dan cina
-          Pendapatan melimpah dari upeti raja raja yang ditaklukkan, cuka terhadap kapal kapal asing dan barang dagangan serta hasil buminya sendiri
·         Sriwijaya mengalami kemunduran sekitar abad ke 12, yang antara lain di sebabkan oleh :
-          Serangan kerajaan madang kamulan, jawa timur, di bawah raja Dharmawangsa, pada 990 M
-          Serangan kerajaan colamandala dari india pada 1023 M dan pada 1030 M
-          Negara Negara yang pernah ditaklukkan di antaranya ligor, tanah genting kra, Kelantan, Pahang, jambi, dan sunda, satu persatu melepaskan diri dari kekuasaan sriwijaya. Hal itu tentu saja berakibat pada kemunduran ekonomi dan perdagangan
-          Terdesak oleh kerajaan Thailand yang mengemnbangkan kekuasaanya samapai semenanjung Malaya
-          Serangan majapahit pada 1477 M, dan berhasil menaklukkan sriwijaya ; sejak itu berakhirlah kekuasaan sriwijaya.







6.Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.
SUMBER SEJARAH
Kisah lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada putranya. Dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.

Catatan  dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut.

   Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
    Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
    Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
    Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa
    Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.

Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.

- Catatan I-Tsing
 
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.

Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan Kalingga

Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian, sudah banyak penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan Cina.
 
RUNTUHNYA KERAJAAN KALINGGA
Kerajaan kalingga mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Ratu Shima yang terkenal akan sosok wanita bijaksana dan penuh ketegasan dalam memerintah kerajaan holing. Tak heran jika pada masa tersebut beliau mampu mengantarkan kalingga pada masa keemasannya. Peluasan wilayah serta kemakmuran rakyat di daerah kekuasaan kalingga menjadi salah satu bukti kebesaran Ratu Shima. Selian kesejahteraan masyarakat terdapat pula peninggalan-peninggalan sejarah berupa bangunan candi dan prasasti yang semakin mendukung pendapat bahwa holing sangat berjaya pada masa kepemimpinan Ratu Shima. Namun roda tetap berputar, sebagaimana kehidupan manusia pada umumnya Ratu Shima meninggal sekitar tahun 732 dan digantikan oleh keturunannya. Mulai dari sini sebenarnya telah nampak runtuhnya kerajaan kalingga secara perlahan.


7.Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
 
Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
 
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
 
Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.
 
Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.
 
Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.

Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.
 
Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan
Pawon.

8. . Kerajaan Medang kamulan
Letak kerjaan : Berdiri di jawa tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah.Berupa prasasti-prasasti yang tersebar di jawa tengah dan jawa timur.
Kehidupan Masyarakat: penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan pada umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal sebagai Negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu kerajaan sriwijaya merupakan Negara maritim. Agama resmi kerajaan Medang pada masa pemerintahan sanjaya adalah hindu aliran siwa. Ketika sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi budha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama hindu dan buddha tetap hidup berdapingan dengan penuh toleransi.
Runtuhnya : karena perebutan kekuasaan. Salah satunya perebutan kekuasaan lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Kepercayaan: Agama hindu
Sosial : Masyarakat kerajaan medang kamulan tersusun dalam sebuah hirarkis adalah petani,pedagang ,dan peternak.
Politik: Sejak berdiri dan berkembangnya kerajaan Medang Kamulan, terdapat beberapa raja berikut. Raja Mpu sindok memerintah kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Mpu sindok isyanatunggadewa. Dari gelar Mpu sindok itulah diambil nama dinasti Isyana. Raja Mpu sindok masih termasuk keturunan dari raja dinasti sabjaya (Mataram) di jawa tengah. Karena kondisi di jawa tengah memungkinkan bertahtanya dinasti sanjaya akibat desakan kerajaan sriwijaya, maka Mpu sindok memindahkan pusat pemerintahannya ke jawa timur. Bahkan dalam prasasti terakhir Mpu sindok (947 M) menyatakan bahwa raja mpu sindok adalah peletak dasar dari kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Raja Dharmawangsa dikenal sebagai salah seorang raja yang memiliki pandangan politik yang tajam. Semua politiknya ditujukan untuk mengangkat derajat kerajaan. Kebesaran raja Dharmawangsa tampak jelas pada politik luar negerinya.
Airlangga dalam prasasti calcuta disebutkan bahwa Airlangga (erlangga) masih termasuk keturunan dari raja Mpu sindok dari pihak ibunya. Ibunya bernama MAHENDRADATA(Gunapria Dharmapatni) yang kawin dengan raja Udayana dari bali.
9. KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri (Kerajaan Panjalu) adalah sebuah kerajaan dengan corak Hindu-Budha. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1042 ini merupakan bagian dari kerajaan yang lebih besar, yaitu Kerajaan Mataram Kuno (Wangsa Isyana), dan pusat kerajaannya terletak di tepi sungai Brantas yang merupakan jalur pelayaran besar pada masa itu.
1. Kehidupan Ekonomi

Kediri merupakan kerajaan agraris dan maritim. Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian di daerah pedalaman Kerajaan Kediri sangat melimpah karena didukung oleh kondisi tanah yang subur. Hasil pertanian yang melimpah memberikan kemakmuran bagi rakyat.

Masyarakat yang berada di daerah pesisir hidup dari perdagangan dan pelayaran. Pada masa itu perdagangan dan pelayaran berkembang pesat. Para pedagang Kediri sudah melakukan hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya.

Pada masa itu, mata uang yang terbuat dari emas dan campuran antara perak, timah, dan tembaga sudah digunakan. Hubungan antara daerah pedalaman dan daerah pesisir sudah berjalan cukup lancar. Sungai Brantas banyak digunakan untuk lalu lintas perdagangan antara daerah pedalaman dan daerah pesisir.

2. Kehidupan Sosial Budaya

Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur. Penduduknya sudah memakai kain sampai di bawah lutut, rambut diurai, serta rumahnya bersih dan rapi. Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima maskawin berupa emas. Orang-orang yang sakit memohon kesembuhan kepada dewa dan Buddha.

Perhatian raja terhadap rakyatnya sangat tinggi. Hal itu dibuktikan pada kitab Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada saat itu. Tinggi rendahnya martabat seseorang bukan berdasarkan pangkat dan harta bendanya, tetapi berdasarkan moral dan tingkah lakunya. Raja juga sangat menghargai dan menghormati hak-hak rakyatnya. Akibatnya, rakyat dapat leluasa menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.

3. Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa Tengah meluas hingga hampir ke seluruh daerah Pulau Jawa. Selain itu, pengaruh Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika terdapat catatan dari kronik Cina yang bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M berisi tentang Negeri paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri Jayabaya. Bukan hanya daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni sastra yang ada di Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani pada masa itu.

4. Runtuhnya Kerajaan Kediri

Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya , terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.

Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.


10. Kerajaan Singasari
Letak kerajaan Singasari : lokasi kerajaan ini sekarang di perkirakan berada di daerah singasari , malang.
Raja:
Versi pararaton adalah:
1.      Ken arok alias rajasa sang amurwabumi(1222-1247)
2.      Anusapati(1247-1249)
3.      Toh jaya(1249-1250)
4.      Ranggawuni alias Wisnuwardana(1250-1272)
5.       Kertanagara (1272-1292)
Versi Nagararetagama adalah:
1.      Rangga rajasa sang girinathaputra(1222-1227)
2.      Anusapati (1227-1248)
3.      Wisnuwardhana(1248-1254)
4.      Kertanagara(1254-1292)
Kehidupan Masyarakat: pertanian dan perkebunan meskipun sudah menjadi daerah industri namun budaya agraris masih kental di daerah ini. Hasil pertanian yang utama adalah padi disusul dengan palawija dan buah-buahan seperti duku, mangga, dan sawo. Kebanyakan buah-buahan tersebut ditanam secara seporadis dipekarangan rumah atau kebun. Beberapa daerah yang mengandalkan irigasi tada hujan ditanami tubuh selama musim penghujan seperti dengkol, watugede, baturetna, dan banjar arum. Selain itu terdapat balai inseminasi buatan didesa sumberawan dan balai benih induk palawija di desa song-song.
Runtuhnya: Kerajaan singasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya keluar jawa akhirnya mengalami keropos dibagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan jaya katwang bupati gelang-gelang ipar,  sekaligus dari kerta nagara sendiri. Dalm serangan itu kerta nagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya singasari, jaya katwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru dikadiri. Riwayat kerajaan tumapel-singasaripun berakhir.
Kepercayaan: Agama Hindu.
Sosial : Ketika ken arok menjadi akuwu di tumapel, berusaha meningkatkan kehidupan pemerintahan anusa pati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karna iya larut dalam kegemarannya menyabung ayam. pada masa wisnuwardhana kehidupan sosial masya rakatnya mulai diatur rapi.  Dan pada masa kerta Negara, iya meningkatkan taraf kan kehidupan masyarakatnya.
Politik: untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan teratur kerta Negara telah membentuk badan-badan pelaksana. Raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian raja mengangkat penasehat yang terdiri atas rakryan I hino, rakryan I sirikan, dan rakryan I halu. Untuk membantu raja dalam pelaksanaan pemerintahan, diangkat beberapa pejabat tinggi kerajaan yang terdiri dari rakryan mapati, rakryan demung, dan rakryan kanuruhan. Selain itu ada pegawai-pegawai rendahan. Untuk menciptakan stabilitas politik dalam negeri, kerta Negara melakukan penataan dilingkungan para penjabat orang-orang yang tidak setuju dengan cita-cita kerta Negara dig anti. Sebagai contoh, pati raganata (kebo arema ) diganti oleh aragani dan banyak wide dipindahkan kemadura ,menjadi bupati sumene dengan nama Arya wiraraja. Karta Negara berusaha memperluas kerajaan singa sari dengan gagasan cakrawala mandala. Pada 1275,kerta Negara mengirim pasukan kesumatra dengan ekspedisi pemalau. Iya ingin menghadang pasukan mongol yang berencana menggelar ekspansi. Selain itu singa sari juga menaklukkan Pahang, sunda, bali, bakulapura, dan gurun. Karta Negara juga menjalin persahabatan dengan raja campa untuk menghalau pasukan mongol kejawa.akan tetapi sebelum sampai kejawa, pasukan mongol sudah dihadang oleh jaya katwang dari kerajaan Kediri. Dalam serangan ini pula kerta Negara tewas beserta petinggi-petinggi istana lainnya.

11.Kerajaan Majapahit
a. Lokasi dan Sumber sejarah
            Pusat Kerajaan Majapahit diperkirakan di daerah Trowulan sekarang 10 km sebelah barat daya Kota Mojokerto, Jawa Timur. Hal ini didasarkan temuan artefak berupa  bekas tembok dan fondasi bangunan, pintu gapura, candi, saluran air, dan tiang-tiang rumah.
Tanggal pasti berdirinya Kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja (memerintah 1293-1309 M), yaitu 10 November 1293.
b. Kondisi sosial-politik kerajaan
            Raden Wijaya menghargai semua orang yang berjasa terhadapnya dengan memberi mereka dudukan dalam pemerintahannya atau kekuasaan di daerah tertentu di Majapahit.
            Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara (memerintah 1309-1328 M), yang pada waktu itu masih berusia sekitar 15 tahun. “Kala Gamet” merupakan julukannya yang berarti lemah dan jahat karena Jayanegara tidak memiliki kecakapan memerintah. Pemerintahan Jayanegara diwarnai banyak pemberontakan. Dari seluruh pemberontakan tersebut, pemberontakan oleh salah seorang kepercayaan dan penasihat raja (disebut golongan Dharmaputra) bernama Ra Kuti disebut-sebut sebagai yang terbesar, karena hamper berhasil menggulingkan Majapahit. Beruntung Gajah Mada, yang pada saat itu ia menjadi bhayangkara (sebutan untuk pasukan pengawal raja) berhasil memadamkannya. Jayanegara akhirnya meninggal akibat operasi (penyakit) oleh seorang tabib bernama Tancha, yang menaruh dendam terhadap Jayanegara, Tancha kemudian dibunuh oleh Gajah Mada.
            Karena Jayanegara tidak memiliki putra, ia digantikan oleh adiknya bernama Gayatri atau Bhre Kahuripan (memerintah 1328-1350 M). Pada masa pemerintahannya, yaitu pada tahun 1331 M, terjadi pemberontakan di Sadeng dan Keta, keduanya berada di wilayah Besuki, Jawa Timur. Pemberontakan ini berhasil diatasi oleh Gajah Mada. Atas jasanya ini, ia diangkat sebagai Mahapatih Hamengkubumi Majapahit, pada saat pengangkatannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Gayatri meninggal tahun 1350 M, dan digantikan oleh putranya, Hayam Wuruk (memerintah 1350-1389 M).
            Pada masa Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak kejayaan: wilayahnya sangat luas, seluas wilayah Indonesia sekarang, bahkan pengaruhnya sampai ke beberapa Negara lain di wilayah Asia Tenggara. Peran Gajah Mada sangat besar, yang konsisten mewujudkan Sumpah Palapa-nya.
            Pada tahun 1355, ditulis Kitab Negarakertagama oleh Mpu Prapanca, demikian juga kitab-kitab lain seperti Sutasoma dan Arjunawijaya oleh Mpu Tantular. Politik penyatuan Nusantara Gajah Mada baru beerakhir pada 1357 M dalam apa yang disebut Perang Bubat, yaitu perang antara Kerajaan Pajajaran (Sunda) dan Kerajaan Majapahit.
            Gajah Mada meninggal tahun 1364. Selama tiga tahun berikutnya, jabatan Mahapatih Mangkubumi dibiarkan kosong. Baru pada tahun 1367, diangkatlah Gajah Enggon sebagai penggantinya.
            Pada tahun 1389, Hayam Wuruk wafat. Sepeninggal Hayam Wuruk dan setelah mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah, terutama akibat konflik perebutan takhta. Ia digantikan oleh putrinya bernama Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra (dari selirnya) bernama Wirabhumi, yang juga menuntut kekuasaan sebagai raja di Blambanganm di bagian timur Jawa Timur sekarang. Diperkirakan pada tahun 1405-14-6 terjadi perebutan takhta antara Wirabhumi dan Wikramawardhana, yang dikenal dengan nama Perang Paregreg.
            Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya. Kondisi ini tertulis dengan jelas dalam Kitab Pararaton dan dalam beberapa prasasti di Sawentar Kanigoro, Blitar, Jawa Timur.
            Wikramawardhana meninggal pada 1429, setelah sebelumnya mengangkat Dewi Suhita, anak Bhre Wirabumi menjadi raja. Pada tahun 1444, Suhita meninggal, dan digantikan oleh Dyah Kertawijaya; demikian selanjutnya Majapahit masih terus berganti-ganti raja tanpa mampu mengembalikan zaman keemasannya. Pada 1456, Majapahit diperintah oleh Bhre Wengker dan setelah itu masih tercatat pemerintahan Bhre Ranawijaya (Brawijaya) hingga kemudian Majapahit dikuasai oleh Demak, kerajaan Islam pertama di Indonesia yang muncul pada tahun 1522.

12.Kerajaan Bali
A.    Lokasi Kerajaan
Kerajaan Bali terletak di satu pulau kecil yang tidak jauh dari Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena letak kedua pulau ini berdekatan. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap di sana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit.
B.     Sumber Sejarah
·         Prasasti
-Prasasti Sanur (839 C/917 M) Prasasti Sanur merupakan salah satu prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Prasasti ini menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari Wangsa atau Dinasti Warmadewa.
-Prasasti Calcuta, India (1042 M) Dalam prasasti ini disebutkan tentang asal-usul Raja Airlangga, yaitu dari keturunan raja-raja Bali, Dinasti Warmadewa. Raja Airlangga terakhir dari pernikahan Raja Udayana (Kerajaan Bali) dengan Mahendradata (putri Kerajaan Medang Kemulan adik Raja Dharmawangsa).
·         Bangunan Candi
-Kompleks Candi Gunung Kawi (Tampak Siring) merupakan pendharmaan dari raja-raja Bali yang dibangun pada saat pemerintahan Raja Anak Wungsu.
C.    Kehidupan Politik
Raja-raja Bali kuno yang pernah berkuasa di antaranya : Raja Sri Kesari Warmadewa. Raja Sri Warmadewa adalah raja pertama dan pendiri Dinasti Warmadewa. Pemerintahan Raja Sri Kesari Warmadewa yang mempunyai istana di Singhadwala berhasil diketahui dari Prasasti Sanur (835 C/913 M). dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Sri Kesari Warmadewa berhasil mengalahkan musuhnya didaerah pedalaman.
Raja Ugrasena (915-942 M) memerintahkan Kerajaan Bali menggantikan Raja Sri Kesari Warmadewa. Pusat pemerintahannya terletak di Singhadwala. Masa pemerintahan Raja Ugrasena meninggalkan 9 buah prasasti. Prasasti-prasasti itu berisi tentang pembebasan pajak terhadap daerah-daerah tertentu. Di samping itu, juga terdapat prasasti yang memberitakan tentang pembangunan tempat-tempat suci.
Sistem dan bentuk pemerintahan pada masa itu sudah teratur, terutama tentang pemberian tugas kepada pejabat-pejabat istana.
Raja Tabanenora Warmadewa menjadi raja Bali menggantikan Raja Ugrasena. Ia memerintah bersama permaisurinya yang bernama Sang Ratu Luhur Subhadrika Dharadewi Masa pemerintahan dari Raja Tabanendra Warmadewa tidak diketahui, sebab kurangnya berita-berita dari prasasti yang menyangkut pemerintahan dari raja tersebut.
Raja Jayaningha Warmadewa Pengganti Raja Tabanendra Warmadewa adalah Raja Jayasingha Warmadewa. Namun, bagaimana bentuk sistem pemerintahan dan keadaan kerajaan tidak dapat diketahui secara pasti.
Raja Jayasadhu Warmadewa masa pemerintahan raja inipun tidak berhasil di ketahui dengan pasti.
Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi Pada tahun 983 M, Kerajaan Bali diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Tetapi asal-usul putri ini tidak pernah di ketahui dengan jelas. Namun ada beberapa ahli yang menafsirkan bahwa ia adalah putri Raja Mpu Sindok (Dinasti Isyana).
Dharma Udayana Warmadewa. Setelah masa pemerintahan Sri Maharaja Sri Mahadewi, Kerajaan Bali diperintah oleh Dharma Udayana Waarmadewa (989-1022 M) dan permaisurinya yang bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapatni), masih keturunan Mpu Sindok.
Pada masa pemerintahannya, hubungan Kerajaan Bali dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur berjalan baik. Pada masa inilah penulisan prasasti-prasasti dengan menggunakan huruf dan bahasa Jawa kuno dimulai.
Rasa Marakata. Dengan meninggalnya Raja Udayana, maka kerajaan Bali diperintahkan oleh putranya yang kedua, yaitu Raja Marakata. Namun ia memerintahkan tidak terlalu lama dan tahun 1025 M meninggal dunia. Sistem dan bentuk pemerintahannya tidak dapat diketahui dengan jelas.
Raja Anak Wungsu. Melalui berita-berita dari prasasti-prasasti dapat diketahui bahwa Raja Anak Wungsu (1049-1077 M) adalah Raja Bali yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah Bali. Pada zaman pemerintahannya, kehidupan rakyat aman dan sejahtera
D.     Aspek Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Bali dititikberatkan pada sektor pertanian. Hal itu didasarkan pada beberapa prasasti Bali yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam. Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), dan kasuwakan (irigasi).
Diluar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan sebagai berikut 
1)      Pande (Pandai = Perajin)
2)      Undagi
3)      Pedagang





                                                                                                                                           





Previous
Next Post »
Thanks for your comment