a.
Lokasi dan sumber sejarah
Kutai (Kutai Martadipura) merupakan
sakah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Berdiri sekitar abad ke-4,
kerajaan ini berlokasi di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Pusat pemerintahannya
diperkirakan di hulu Sungai Mahakam dengan wilayah kekuasaan meliputi seluruh
wilayah Kalimantan Timur.
Bukti arkeologis tentang keberadaan
kerajaan ini adalah temuan prasasti yang ditulis di atas tujuh buah yupa (tugu
batu) antara tahun 1879 dan 1940 di daerah hulu Sungai Mahakam.
Prasasti-prasasti tersebut tidak memiliki angka tahun, namun gaya bahasa dan
ciri tulisan dalam prasasti tersebut banyak digunakan di India sekitar abad
ke-4 M.
b.
Keberadaan masyarakat dalam kehidupan sosial budaya
Disebutkan dalam ketujuh yupa
tersebut nama Kudungga, yang menurut para sejarawan merupakan nama asli
Indonesia. Disebut pula, Kudungga mempunyai putra bernama Asmawarman, yang
disebut sebagai pendiri Dinasti. Asmawarman memiliki putra bernama Mulawarman.
Dua nama terakhir jelas menggunakan bahasa Sanskerta, yang menunjukkan
raja-raja Kutai adalah bangsa Indonesia asli yang memluk agama Hindu.
Raja mulawarman melakukan upacara
pengurbanan dan memberikan hadiah atau sedekah kepada para Brahmana sejumlah
1000 ekor sapi. Hal ini menunjukkan Kerajaan Kutai di bawah Mulawarman cukup
kaya dan makmur.
Letaknya yang tidak jauh dari
pantai, Kutai kemungkinan besar merupakan tempat singgah kapal-kapal dagang
India yang akan berlayar ke Cina dengan melalui Makasar dan Filiipina.
2. Kerajaan Tarumanegara
a.
Lokasi dan Sumber sejarah
·
Kerajaan
tarumanegara terletak di jawa barat. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah
prasasti di daerah sekitar bogor (prarsasti ciaruteun, kebon kopi, jambu, pasir
awi, dan prasasti muara cianten), prasasti tugu di cilincing (Jakarta utara),
dan prasasti cidanghiang di desa lebak, banten selatan.
·
Kata
taruma mungkin berasal dari kata tarum, yang berarti nila. Sampai sekarang, nama ini masih dapat kita jumpai sebagai
nama sungai, yaitu sungai citarum. Raja yang memerintah bernama purnawarman.
Sama dengan raja raja kutai, purnawarman adalah asli bangsa Indonesia yang
menggunakan nama india dan memeluk hindu. Wilayah kekuasaanya, menurut Prasasti
Tugu, meliputi hampir seluruh jawa barat, yaitu membentang dari banten,
Jakarta, Bogor, hingga Cirebon
b. Kondisi sosial-politik
kerajaan
·
Gambaran
sosial-politik kerajaan adalah melalui tulisan yang terdapat pada prasasti
prasasti tersebut.
·
Cap
telapak kaki melambangkan kekuasaan atau penaklukan raja atas daerah tempat
ditemukannya prasasti tersebut. Raja Purnawarman diibaratkan Dewa Wisnu ( Dewa
pemelihara alam dan semesta), yang menunjukkan pada masa itu rakyat menganggap
raja purnawarman sebagai pemelihara dan pelindung rakyat.
·
Tarumanegara
telah menerapkan konsep dewa raja:
yang memerintah disamakan dengan Dewa Wisnu.
·
Prasasti
tugu merupakan prasasti terpanjang dan terpenting dari raja purnawarman.
·
Dari
prasasti prasasti tersebut menjadi dua yaitu kerajaan sunda, yang merupakan
kelanjutan dari kerajaan tarumanegara dibawah kekuasaanya menantunya bernama
tarusbawa, dan kerajaan galuh di bawah Wretikandayun dapat kita ketahui pada
masa itu di jawa barat telah terdapat sebuah kerjajaan yang besar dan cukup
makmur, dan penduduknya hidup dari hasil pertanian
·
Kerajaan
tarumanegara pecah menjadi dua, yaitu kerajaan sunda, yang merupakan kelanjutan
dari kerajaan tarumanegara dibawah kekuasaan menantunya bernama tarusbawa, dan
kerjaan galuh di bawah wretikandayun
3. Kerajaan Padjajaran
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat
kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa
Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari
kata Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan
menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan menyebutkan
bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang
disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung Pangcalikan dan
Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.
Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Daftar raja
Pajajaran
• Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.
Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan.
Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Puncak Kehancuran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)
Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
• Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.
Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan.
Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Puncak Kehancuran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)
Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
4. Kerajaan Melayu
a. Letak
Kerajaan Melayu
atau dalam bahasa Cina ditulis Ma-La-Yu merupakan sebuah nama kerajaan
yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari
prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun
ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada
abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di
Suruasoatau Pagaruyung.
Dari uraian I-tsing jelas sekali
bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah.
Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. sebab pada alas arca
Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka
(1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara
(Singhasari) kepada raja Melayu.
b.
Sumber Sejarah
1. Menurut catatan I Tsing,
negeri-negeri di Pulau Sumatra pada umumnya menganut agama Buddha
aliran Hinayana,
kecuali Mo-lo-yeu. Tidak disebutkan dengan jelas agama apa yang dianut oleh
Kerajaan Malayu.
d. Politik
Penduduk Kerajaan Melayu sebagian
besar memeluk agama Buddha.Seseorang pendeta Buddha bernama Dharmapala pernah
didatangkan secara khusus dari india untuk mengajarkan agama ini.
Jadi, penaklukan Malayu oleh
Sriwijaya terjadi pada tahun 682. Pendapat ini sesuai dengan catatan I Tsing
bahwa, pada saat berangkat menuju India tahun 671, Ma-la-yu masih menjadi
kerajaan merdeka, sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai
oleh Shih-li-fo-shih.
Pelabuhan Malayu merupakan penguasa
lalu lintas Selat Malaka saat itu. Dengan direbutnya Minanga, secara otomatis
pelabuhanpun jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682 penguasa
lalu lintas dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu
Sriwijaya
Kekalahan Kerajaan Sriwijaya akibat
serangan Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel telah mengakhiri
kekuasaan Wangsa Sailendra atas Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya sejak
tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil
alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.
Naskah Pararaton dan Kidung Panji
Wijayakrama menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan
Singhasari dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu
yang dipimpin oleh Kebo Anabrang.
Prasasti Padang Roco tahun 1286
menyebutkan tentang pengiriman arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan
antara Singhasari dengan Dharmasraya.
Kerajaan Melayu mencapai puncak
perkembangan pada masa pemerintahan Adityawarman,putra bangsawan Majapahit dari
ibu seorang putri melayu bernama Dara Jingga(putri Dari Maharaja Melayu Mauli
Marwadewa).Wilayahnya mencakup seluruh pantai timur Sumatra.
5. Kerajaan Sriwijaya
a.
Lokasi dan sumber sejarah
·
Sriwijaya
adalah salah satu kemaharajaan bahari (maritim) bercorak Buddha yang pernah
berdiri di pulau Sumatra dan memberikan banyak pengaruh di nusantara. Daerah
kekuasaannya membentang dari kamboja, tahiland selatan, semenanjung Malaya,
Sumatra, jawa, dan pesisir Kalimantan.
·
I
Tsing, pendeta tiongkok melaporkan sriwijaya menjadi pusat pembelajaran agama
Buddha.
·
Sumber
dan bukti tertulis lainnya adalah prasasti prasasti seperti kota kapur, kedukan
bukit, talang tuo, telaga batu, karang berahi, dan ligor
·
Prasasti
tertua adalah kota kapur, yg ditemukan dipulau Bangka dan berangka tahun 686 m
. Melalui prasasti ini, kata “Sriwijaya” pertama kali di kenal.
b. Kondisi sosial-politik kerajaan
·
Melalui
tulisanpada prasasti ligor (775m), disebutkan raja sriwijaya, dharmasetu
mendirikan pelabuhan di semenanjung melayu di dekat lingor. Ia juga membangun
sejumblah bangunan suci agama Buddha.
·
Letaknya
strategis: di jalur perdagangan antara india dan cina. Hal ini menjadi salah
satu factor sriwijaya berkembang menjadi kerajaan maritime yang penting di
Sumatra, dan bahkan menjadi pengendali jalur perdagangan antara india dan
tiongkok
·
Hasil bumi yang diperdagangkan antara lain
kemenyan, lada, dammar, penyu, dan barang barang lain selain emas, perak, dan
gading gajah
·
Untuk
menjaga dominasi perdagangannya, sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk
melakukan Bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka
kedalam mandala sriwijaya
·
Kerajaan
sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di asia tenggara,
seperti selat sunda, selat malaka, selat karimata, dan tanah genting kra
(Thailand). Ini rakyatnya hidup dengan aman dan makmur
·
Kerajaan
ini mencapai zaman keemasan di bawah raja Balaputradewa. Raja ini menjalin
hubungan antara kerjaan di india dan kerajaan di tiongkok
·
Kemajuan
kerajaan sriwijaya didukung oleh beberapa factor, yaitu
-
Letaknya
strategis : berada di jalur perdagangan antara india dan cina
-
Menguasai
jalur perdagangan : selat malaka, selat sunda, semenanjung melayu, dan tanah
genting kra
-
Hasil
buminya seperti emas, perak, dan rempah rempah menjadi komoditi perdagangan
yang berharga.
-
Armada
lautnya kuat, karna menjalin kerjasama dengan armada laut kerajaan kerajaan di
india dan cina
-
Pendapatan
melimpah dari upeti raja raja yang ditaklukkan, cuka terhadap kapal kapal asing
dan barang dagangan serta hasil buminya sendiri
·
Sriwijaya
mengalami kemunduran sekitar abad ke 12, yang antara lain di sebabkan oleh :
-
Serangan
kerajaan madang kamulan, jawa timur, di bawah raja Dharmawangsa, pada 990 M
-
Serangan
kerajaan colamandala dari india pada 1023 M dan pada 1030 M
-
Negara
Negara yang pernah ditaklukkan di antaranya ligor, tanah genting kra, Kelantan,
Pahang, jambi, dan sunda, satu persatu melepaskan diri dari kekuasaan
sriwijaya. Hal itu tentu saja berakibat pada kemunduran ekonomi dan perdagangan
-
Terdesak
oleh kerajaan Thailand yang mengemnbangkan kekuasaanya samapai semenanjung
Malaya
-
Serangan
majapahit pada 1477 M, dan berhasil menaklukkan sriwijaya ; sejak itu
berakhirlah kekuasaan sriwijaya.
6.Kerajaan
Kalingga
Kerajaan
Kalingga atau Ho-ling (sebutan
dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa
Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas,
kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten
Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur,
kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan
naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan
Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui
dari sumber-sumber Tiongkok.
SUMBER
SEJARAH
Kisah
lokal
Terdapat
kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris
yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa
pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik
rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia
menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang
mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai
kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum. Untuk
mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar.
Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil
barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh
oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan
hukuman mati kepada putranya. Dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni
kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang
bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.
Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut.
Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa
Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.
- Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.
Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan Kalingga
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian, sudah banyak penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan Cina.
RUNTUHNYA KERAJAAN KALINGGA
Kerajaan
kalingga mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Ratu Shima yang
terkenal akan sosok wanita bijaksana dan penuh ketegasan dalam memerintah
kerajaan holing. Tak heran jika pada masa tersebut beliau mampu mengantarkan
kalingga pada masa keemasannya. Peluasan wilayah serta kemakmuran rakyat di
daerah kekuasaan kalingga menjadi salah satu bukti kebesaran Ratu Shima. Selian
kesejahteraan masyarakat terdapat pula peninggalan-peninggalan sejarah berupa
bangunan candi dan prasasti yang semakin mendukung pendapat bahwa holing sangat
berjaya pada masa kepemimpinan Ratu Shima. Namun roda tetap berputar,
sebagaimana kehidupan manusia pada umumnya Ratu Shima meninggal sekitar tahun
732 dan digantikan oleh keturunannya. Mulai dari sini sebenarnya telah nampak
runtuhnya kerajaan kalingga secara perlahan.
7.Kerajaan Mataram
Kerajaan
Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah
dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh
pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro,
Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah
ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo,
Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
Kerajaan
Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan
yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah
menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan
Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa
sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana
sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
Raja
pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa
Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai
Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah
Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang
bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa
Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah
Jawa Tengah bagian selatan.
Wangsa
Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga,
Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu.
Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali
Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota
Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.
Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi
Raja disana.
Wangsa
Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan
Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada
saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu
Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan
memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru
bernama Wangsa Isana.
Pusat
Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah
Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah
Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada
zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian
memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.
Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Dari
prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa
dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7
dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu
Sanjaya.
Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.
Bumi
Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti
Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara
dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng.
Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan,
dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur,
Mendut, dan
Pawon.
8.
. Kerajaan Medang kamulan
Letak kerjaan : Berdiri di jawa tengah pada abad
ke-8, kemudian berpindah.Berupa prasasti-prasasti yang tersebar di jawa tengah
dan jawa timur.
Kehidupan Masyarakat: penduduk Medang sejak periode
Bhumi Mataram sampai periode Wwatan pada umumnya bekerja sebagai petani.
Kerajaan Medang memang terkenal sebagai Negara agraris, sedangkan saingannya,
yaitu kerajaan sriwijaya merupakan Negara maritim. Agama resmi kerajaan Medang
pada masa pemerintahan sanjaya adalah hindu aliran siwa. Ketika sailendrawangsa
berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi budha aliran Mahayana. Kemudian
pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama hindu dan buddha
tetap hidup berdapingan dengan penuh toleransi.
Runtuhnya : karena perebutan kekuasaan. Salah
satunya perebutan kekuasaan lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Kepercayaan: Agama hindu
Sosial : Masyarakat kerajaan medang
kamulan tersusun dalam sebuah hirarkis adalah petani,pedagang ,dan peternak.
Politik: Sejak berdiri dan berkembangnya
kerajaan Medang Kamulan, terdapat beberapa raja berikut. Raja Mpu sindok
memerintah kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Mpu sindok isyanatunggadewa.
Dari gelar Mpu sindok itulah diambil nama dinasti Isyana. Raja Mpu sindok masih
termasuk keturunan dari raja dinasti sabjaya (Mataram) di jawa tengah. Karena
kondisi di jawa tengah memungkinkan bertahtanya dinasti sanjaya akibat desakan
kerajaan sriwijaya, maka Mpu sindok memindahkan pusat pemerintahannya ke jawa
timur. Bahkan dalam prasasti terakhir Mpu sindok (947 M) menyatakan bahwa raja
mpu sindok adalah peletak dasar dari kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Raja
Dharmawangsa dikenal sebagai salah seorang raja yang memiliki pandangan politik
yang tajam. Semua politiknya ditujukan untuk mengangkat derajat kerajaan.
Kebesaran raja Dharmawangsa tampak jelas pada politik luar negerinya.
Airlangga
dalam prasasti calcuta disebutkan bahwa Airlangga (erlangga) masih termasuk
keturunan dari raja Mpu sindok dari pihak ibunya. Ibunya bernama
MAHENDRADATA(Gunapria Dharmapatni) yang kawin dengan raja Udayana dari bali.
9. KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri (Kerajaan Panjalu) adalah sebuah kerajaan dengan
corak Hindu-Budha. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1042 ini merupakan bagian
dari kerajaan yang lebih besar, yaitu Kerajaan Mataram Kuno (Wangsa Isyana), dan pusat kerajaannya terletak di tepi sungai Brantas yang
merupakan jalur pelayaran besar pada masa itu.
1. Kehidupan Ekonomi
Kediri merupakan kerajaan agraris dan maritim. Masyarakat yang
hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian
di daerah pedalaman Kerajaan Kediri sangat melimpah karena didukung oleh
kondisi tanah yang subur. Hasil pertanian yang melimpah memberikan kemakmuran
bagi rakyat.
Masyarakat yang berada di daerah pesisir hidup dari perdagangan
dan pelayaran. Pada masa itu perdagangan dan pelayaran berkembang pesat. Para
pedagang Kediri sudah melakukan hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya.
Pada masa itu, mata uang yang terbuat dari emas dan campuran
antara perak, timah, dan tembaga sudah digunakan. Hubungan antara daerah
pedalaman dan daerah pesisir sudah berjalan cukup lancar. Sungai Brantas banyak
digunakan untuk lalu lintas perdagangan antara daerah pedalaman dan daerah
pesisir.
2. Kehidupan Sosial Budaya
Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur. Penduduknya sudah memakai
kain sampai di bawah lutut, rambut diurai, serta rumahnya bersih dan rapi.
Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima maskawin berupa emas.
Orang-orang yang sakit memohon kesembuhan kepada dewa dan Buddha.
Perhatian raja terhadap rakyatnya sangat tinggi. Hal itu
dibuktikan pada kitab Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial masyarakat
pada saat itu. Tinggi rendahnya martabat seseorang bukan berdasarkan pangkat
dan harta bendanya, tetapi berdasarkan moral dan tingkah lakunya. Raja juga
sangat menghargai dan menghormati hak-hak rakyatnya. Akibatnya, rakyat dapat
leluasa menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
3. Masa Kejayaan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan
Raja Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa Tengah
meluas hingga hampir ke seluruh daerah Pulau Jawa. Selain itu, pengaruh
Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai Kerajaan
Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika terdapat catatan dari
kronik Cina yang bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M berisi tentang Negeri
paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri Jayabaya. Bukan hanya
daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni sastra yang ada di Kediri
cukup mendapat perhatian. Dengan demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani
pada masa itu.
4.
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Runtuhnya kerajaan Kediri
dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya , terjadi pertentangan dengan kaum
Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa
meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok
, akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada
tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada
masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.
10. Kerajaan Singasari
Letak kerajaan Singasari : lokasi kerajaan ini sekarang di
perkirakan berada di daerah singasari , malang.
Raja:
Versi pararaton adalah:
1.
Ken
arok alias rajasa sang amurwabumi(1222-1247)
2.
Anusapati(1247-1249)
3.
Toh
jaya(1249-1250)
4.
Ranggawuni
alias Wisnuwardana(1250-1272)
5.
Kertanagara (1272-1292)
Versi Nagararetagama adalah:
1.
Rangga
rajasa sang girinathaputra(1222-1227)
2.
Anusapati
(1227-1248)
3.
Wisnuwardhana(1248-1254)
4.
Kertanagara(1254-1292)
Kehidupan Masyarakat: pertanian dan perkebunan meskipun
sudah menjadi daerah industri namun budaya agraris masih kental di daerah ini.
Hasil pertanian yang utama adalah padi disusul dengan palawija dan buah-buahan
seperti duku, mangga, dan sawo. Kebanyakan buah-buahan tersebut ditanam secara
seporadis dipekarangan rumah atau kebun. Beberapa daerah yang mengandalkan
irigasi tada hujan ditanami tubuh selama musim penghujan seperti dengkol,
watugede, baturetna, dan banjar arum. Selain itu terdapat balai inseminasi
buatan didesa sumberawan dan balai benih induk palawija di desa song-song.
Runtuhnya: Kerajaan singasari yang sibuk
mengirimkan angkatan perangnya keluar jawa akhirnya mengalami keropos dibagian
dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan jaya katwang bupati gelang-gelang
ipar, sekaligus dari kerta nagara
sendiri. Dalm serangan itu kerta nagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya
singasari, jaya katwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru dikadiri.
Riwayat kerajaan tumapel-singasaripun berakhir.
Kepercayaan: Agama Hindu.
Sosial : Ketika ken arok menjadi akuwu di
tumapel, berusaha meningkatkan kehidupan pemerintahan anusa pati, kehidupan
sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karna iya larut dalam kegemarannya
menyabung ayam. pada masa wisnuwardhana kehidupan sosial masya rakatnya mulai
diatur rapi. Dan pada masa kerta Negara,
iya meningkatkan taraf kan kehidupan masyarakatnya.
Politik: untuk menciptakan pemerintahan
yang kuat dan teratur kerta Negara telah membentuk badan-badan pelaksana. Raja
sebagai penguasa tertinggi. Kemudian raja mengangkat penasehat yang terdiri
atas rakryan I hino, rakryan I sirikan, dan rakryan I halu. Untuk membantu raja
dalam pelaksanaan pemerintahan, diangkat beberapa pejabat tinggi kerajaan yang
terdiri dari rakryan mapati, rakryan demung, dan rakryan kanuruhan. Selain itu
ada pegawai-pegawai rendahan. Untuk menciptakan stabilitas politik dalam
negeri, kerta Negara melakukan penataan dilingkungan para penjabat orang-orang yang
tidak setuju dengan cita-cita kerta Negara dig anti. Sebagai contoh, pati
raganata (kebo arema ) diganti oleh aragani dan banyak wide dipindahkan
kemadura ,menjadi bupati sumene dengan nama Arya wiraraja. Karta Negara
berusaha memperluas kerajaan singa sari dengan gagasan cakrawala mandala. Pada
1275,kerta Negara mengirim pasukan kesumatra dengan ekspedisi pemalau. Iya
ingin menghadang pasukan mongol yang berencana menggelar ekspansi. Selain itu
singa sari juga menaklukkan Pahang, sunda, bali, bakulapura, dan gurun. Karta
Negara juga menjalin persahabatan dengan raja campa untuk menghalau pasukan
mongol kejawa.akan tetapi sebelum sampai kejawa, pasukan mongol sudah dihadang
oleh jaya katwang dari kerajaan Kediri. Dalam serangan ini pula kerta Negara tewas
beserta petinggi-petinggi istana lainnya.
11.Kerajaan Majapahit
a.
Lokasi dan Sumber sejarah
Pusat Kerajaan Majapahit
diperkirakan di daerah Trowulan sekarang 10 km sebelah barat daya Kota
Mojokerto, Jawa Timur. Hal ini didasarkan temuan artefak berupa bekas tembok dan fondasi bangunan, pintu
gapura, candi, saluran air, dan tiang-tiang rumah.
Tanggal
pasti berdirinya Kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja (memerintah 1293-1309 M), yaitu 10
November 1293.
b.
Kondisi sosial-politik kerajaan
Raden Wijaya menghargai semua orang
yang berjasa terhadapnya dengan memberi mereka dudukan dalam pemerintahannya
atau kekuasaan di daerah tertentu di Majapahit.
Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara (memerintah 1309-1328 M), yang
pada waktu itu masih berusia sekitar 15 tahun. “Kala Gamet” merupakan
julukannya yang berarti lemah dan jahat karena Jayanegara tidak memiliki
kecakapan memerintah. Pemerintahan Jayanegara diwarnai banyak pemberontakan.
Dari seluruh pemberontakan tersebut, pemberontakan oleh salah seorang
kepercayaan dan penasihat raja (disebut golongan Dharmaputra) bernama Ra Kuti disebut-sebut sebagai yang terbesar,
karena hamper berhasil menggulingkan Majapahit. Beruntung Gajah Mada, yang pada saat itu ia menjadi bhayangkara (sebutan untuk pasukan pengawal raja) berhasil
memadamkannya. Jayanegara akhirnya meninggal akibat operasi (penyakit) oleh
seorang tabib bernama Tancha, yang menaruh dendam terhadap Jayanegara, Tancha
kemudian dibunuh oleh Gajah Mada.
Karena Jayanegara tidak memiliki
putra, ia digantikan oleh adiknya bernama Gayatri atau Bhre Kahuripan
(memerintah 1328-1350 M). Pada masa pemerintahannya, yaitu pada tahun 1331 M,
terjadi pemberontakan di Sadeng dan Keta, keduanya berada di wilayah Besuki,
Jawa Timur. Pemberontakan ini berhasil diatasi oleh Gajah Mada. Atas jasanya
ini, ia diangkat sebagai Mahapatih
Hamengkubumi Majapahit, pada saat pengangkatannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Gayatri meninggal tahun
1350 M, dan digantikan oleh putranya, Hayam
Wuruk (memerintah 1350-1389 M).
Pada masa Hayam Wuruk, Majapahit
mencapai puncak kejayaan: wilayahnya sangat luas, seluas wilayah Indonesia
sekarang, bahkan pengaruhnya sampai ke beberapa Negara lain di wilayah Asia
Tenggara. Peran Gajah Mada sangat besar, yang konsisten mewujudkan Sumpah
Palapa-nya.
Pada tahun 1355, ditulis Kitab Negarakertagama oleh Mpu Prapanca,
demikian juga kitab-kitab lain seperti Sutasoma
dan Arjunawijaya oleh Mpu Tantular.
Politik penyatuan Nusantara Gajah Mada baru beerakhir pada 1357 M dalam apa
yang disebut Perang Bubat, yaitu
perang antara Kerajaan Pajajaran (Sunda) dan Kerajaan Majapahit.
Gajah Mada meninggal tahun 1364.
Selama tiga tahun berikutnya, jabatan Mahapatih Mangkubumi dibiarkan kosong.
Baru pada tahun 1367, diangkatlah Gajah Enggon sebagai penggantinya.
Pada tahun 1389, Hayam Wuruk wafat.
Sepeninggal Hayam Wuruk dan setelah mencapai puncak kejayaannya pada abad
ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah, terutama akibat konflik
perebutan takhta. Ia digantikan oleh putrinya bernama Kusumawardhani, yang
menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki
seorang putra (dari selirnya) bernama Wirabhumi, yang juga menuntut kekuasaan
sebagai raja di Blambanganm di bagian timur Jawa Timur sekarang. Diperkirakan
pada tahun 1405-14-6 terjadi perebutan takhta antara Wirabhumi dan
Wikramawardhana, yang dikenal dengan nama Perang
Paregreg.
Tampaknya perang saudara ini
melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya. Kondisi ini
tertulis dengan jelas dalam Kitab
Pararaton dan dalam beberapa prasasti di Sawentar Kanigoro, Blitar, Jawa
Timur.
Wikramawardhana meninggal pada 1429,
setelah sebelumnya mengangkat Dewi
Suhita, anak Bhre Wirabumi menjadi raja. Pada tahun 1444, Suhita meninggal,
dan digantikan oleh Dyah Kertawijaya;
demikian selanjutnya Majapahit masih terus berganti-ganti raja tanpa mampu
mengembalikan zaman keemasannya. Pada 1456, Majapahit diperintah oleh Bhre Wengker dan setelah itu masih
tercatat pemerintahan Bhre Ranawijaya
(Brawijaya) hingga kemudian
Majapahit dikuasai oleh Demak, kerajaan Islam pertama di Indonesia yang muncul
pada tahun 1522.
12.Kerajaan Bali
A.
Lokasi Kerajaan
Kerajaan Bali terletak di satu pulau
kecil yang tidak jauh dari Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali
mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena letak kedua pulau ini
berdekatan. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit
yang melarikan diri dan menetap di sana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa
sebagian dari masyarakat Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit.
B.
Sumber Sejarah
·
Prasasti
-Prasasti Sanur (839 C/917 M) Prasasti Sanur merupakan salah
satu prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Prasasti ini menunjukkan adanya
kekuasaan raja-raja dari Wangsa atau Dinasti Warmadewa.
-Prasasti Calcuta, India (1042 M) Dalam prasasti ini
disebutkan tentang asal-usul Raja Airlangga, yaitu dari keturunan raja-raja
Bali, Dinasti Warmadewa. Raja Airlangga terakhir dari pernikahan Raja Udayana
(Kerajaan Bali) dengan Mahendradata (putri Kerajaan Medang Kemulan adik Raja
Dharmawangsa).
·
Bangunan Candi
-Kompleks Candi Gunung Kawi (Tampak Siring) merupakan
pendharmaan dari raja-raja Bali yang dibangun pada saat pemerintahan Raja Anak
Wungsu.
C.
Kehidupan Politik
Raja-raja Bali kuno yang pernah
berkuasa di antaranya : Raja Sri Kesari Warmadewa. Raja Sri Warmadewa adalah
raja pertama dan pendiri Dinasti Warmadewa. Pemerintahan Raja Sri Kesari
Warmadewa yang mempunyai istana di Singhadwala berhasil diketahui dari Prasasti
Sanur (835 C/913 M). dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Sri Kesari
Warmadewa berhasil mengalahkan musuhnya didaerah pedalaman.
Raja Ugrasena (915-942 M)
memerintahkan Kerajaan Bali menggantikan Raja Sri Kesari Warmadewa. Pusat
pemerintahannya terletak di Singhadwala. Masa pemerintahan Raja Ugrasena
meninggalkan 9 buah prasasti. Prasasti-prasasti itu berisi tentang pembebasan
pajak terhadap daerah-daerah tertentu. Di samping itu, juga terdapat prasasti
yang memberitakan tentang pembangunan tempat-tempat suci.
Sistem dan bentuk pemerintahan pada
masa itu sudah teratur, terutama tentang pemberian tugas kepada pejabat-pejabat
istana.
Raja Tabanenora Warmadewa menjadi
raja Bali menggantikan Raja Ugrasena. Ia memerintah bersama permaisurinya yang
bernama Sang Ratu Luhur Subhadrika Dharadewi Masa pemerintahan dari Raja
Tabanendra Warmadewa tidak diketahui, sebab kurangnya berita-berita dari
prasasti yang menyangkut pemerintahan dari raja tersebut.
Raja Jayaningha Warmadewa Pengganti
Raja Tabanendra Warmadewa adalah Raja Jayasingha Warmadewa. Namun, bagaimana
bentuk sistem pemerintahan dan keadaan kerajaan tidak dapat diketahui secara
pasti.
Raja Jayasadhu Warmadewa masa
pemerintahan raja inipun tidak berhasil di ketahui dengan pasti.
Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi
Pada tahun 983 M, Kerajaan Bali diperintah oleh seorang raja putri yang bernama
Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Tetapi asal-usul putri ini tidak pernah di
ketahui dengan jelas. Namun ada beberapa ahli yang menafsirkan bahwa ia adalah
putri Raja Mpu Sindok (Dinasti Isyana).
Dharma Udayana Warmadewa. Setelah
masa pemerintahan Sri Maharaja Sri Mahadewi, Kerajaan Bali diperintah oleh
Dharma Udayana Waarmadewa (989-1022 M) dan permaisurinya yang bernama Mahendradata
(Gunapria Dharmapatni), masih keturunan Mpu Sindok.
Pada masa pemerintahannya, hubungan
Kerajaan Bali dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur berjalan baik. Pada masa
inilah penulisan prasasti-prasasti dengan menggunakan huruf dan bahasa Jawa
kuno dimulai.
Rasa Marakata. Dengan meninggalnya
Raja Udayana, maka kerajaan Bali diperintahkan oleh putranya yang kedua, yaitu
Raja Marakata. Namun ia memerintahkan tidak terlalu lama dan tahun 1025 M
meninggal dunia. Sistem dan bentuk pemerintahannya tidak dapat diketahui dengan
jelas.
Raja Anak Wungsu. Melalui
berita-berita dari prasasti-prasasti dapat diketahui bahwa Raja Anak Wungsu
(1049-1077 M) adalah Raja Bali yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah
Bali. Pada zaman pemerintahannya, kehidupan rakyat aman dan sejahtera
D.
Aspek Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Bali
dititikberatkan pada sektor pertanian. Hal itu didasarkan pada beberapa
prasasti Bali yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok
tanam. Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan
(kebun), gaga (ladang), dan kasuwakan (irigasi).
Diluar kegiatan pertanian pada
masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan sebagai berikut
1)
Pande (Pandai = Perajin)
2)
Undagi
3)
Pedagang
ConversionConversion EmoticonEmoticon